Aku menatap lurus pada hamparan putih
Seakan berharap mereka kan segera terisi
Aku menghamba pada jernihnya alam bawah sadar manusia yang rapuh
Yang berusaha mewakili lirihnya dengan uraian
Jari-jemariku bergerak,
mereka tanpa mata
Hanya bergerak sebagai suatu bentukan simbolik dari kehampaan lain
yang merupakan proses alamiah satu-dua manusia yang bertemu dalam suatu jalinan waktu
Aku berhenti menatap lurus dan mulai juga menggerakkan kepala
sembari berpikir sekali lagi uraian simbolik ini mengena
Jalan pikiranku terhambat oleh batas ruang interaksi antara dimensi yang berbeda
ruang dan waktu,
serta pemaknaan masing-masing individu mengenai itu
Sekali pula pikiranku hendak menghentikan wacana mengenai pemaknaan
suatu hal yang dipercaya sekaligus dicerca
karena ketidakpastian yang menjadikannya hina
Aku terbata dalam keheningan
menanyakan kapabilitas diri untuk menunggu
Menunggu jawaban yang enggan kujawab
menunggu kepastian yang enggan kuraih
Lelah rasanya meraih kepastian,
ketika kepastian sendiri hanyalah hampa
Ia dan semua-muanya yang tercipta tak lain dan tak bukan hanya sebentukan nosi yang tak bernyawa
ya, lelah aku mencarinya..
di tengah intensitas pencarian yang kadang terlalu melelahkan
yaitu ketika aku menunggu jawaban itu
jawaban yang belum kudapat
sekuritas yang belum telegalkan,
dan lirih yang kian terpaparkan
Ini bukan narasi, jelas bukan..
hanya suatu uraian abstrak mengenai batas sadar dan tidak
ya, ini hanya simbol, bukan makna..
atau simbol, yang tentunya memiliki makna..
Aku tidak tahu,
karena sekali lagi nampaknya jariku tidak punya mata..
(Chikita Rosemarie, June 8 2009)
1 comment:
Thank you for your comment, lovely blog!
FM~FP~AF
Post a Comment