02.17 am
Sekali lagi aku duduk menatap hamparan putih ini. Terpaku begitu saja. Hanya karena alasan klise "aku tidak bisa tidur". Namun ketahuilah, seperti yang pernah aku katakan di malam kita berargumen panas kemarin. Aku tidak bisa hidup tanpa menulis. Apapun itu yang aku tulis. Mau bait-bait puisi, celoteh acak, maupun sesurat omong kosong yang secara tidak langsung aku tujukan kepadamu.
Namun aku tidak benar-benar sendirian malam ini. di sebelahku terdampar segelas Jagermeifer yang diam-diam aku bawa dari ruang makan selepas aku pulang dari berpergian, melepas penat bersama teman-temanku.
Ya, aku memang meminum beberapa gelas minuman dengan kadar alkohol tertentu sepanjang hari ini. Tadi siang, Sopi, semacam minuman hasil fermentasi beras khas daerah Indonesia Timur yang dibawa teman kampusku, dan tadi malam, segelas Cosmopolitan, segar dan beraroma jeruk, selayaknya minuman yang selalu diasosiasikan dengan kaum perempuan itu.
Selanjutnya, seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, segelas Jagermeifer, lengkap dengan batu-batu es yang sebenarnya berat jenisnya melebihi cairan beralkohol tersebut. Jadi, kamu tidak perlu khawatir dengan asumsi-asumsi seperti, "Oh, dia terlalu banyak minum hari ini." karena aku yakin bahwa kadar H2O masih melebihi kadar alkohol hasil fermentasi yang memasuki tubuhku sepanjang hari ini.
Ah Sayang,
apa boleh dikata, jujur saja aku menyesali percakapan yang terjadi melalui telepon malam itu. Sungguh apabila hal tersebut bisa aku batalkan, aku akan batalkan. Percakapan tersebut tidak seharusnya terjadi, dan apabila harus terjadi, tidak semestinya kita lakukan melalui kabel serba audio tersebut.
Seperti layaknya apa yang terjadi hari ini. Ketika kita melakukan percakapan melalui pesan instan. Ah, mau mati rasanya apabila mengingat itu semua. Aku ingin menarik kembali semuanya, andaikata aku bisa.
Sayang, kamu boleh mengatakan aku plin-plan. Dan memang pada faktanya, aku plin-plan. Di satu hari aku ingin lepas dari padamu, namun di hari lain aku hanya ingin berada di sisimu. Klise, plin-plan, gombal, apapun itu, kamu berhak menyebut diriku dengan istilah-istilah tersebut. Namun ketahuilah, apapun yang aku lakukan dan katakan, semuanya didorong oleh berbagai faktor yang saling bertautan, dan salah satunya adalah hasil kontemplasiku dengan diriku sendiri.
Asal tahu saja ya,
Selama beberapa hari kepergianmu ke Pulau Dewata, setiap ada sekecil apapun kesempatan, aku melakukan monolog dengan diriku. Mempertanyakan perihal dirimu, dan kita. Ya, KITA..
Sayang,
Aku lelah melakukan monolog.
Aku ingin bertemu denganmu, menuntaskan semuanya. Apapun yang masih terlewat diantara kita. Aku tidak tahu apa itu. Aku hanya lelah berkontemplasi. Aku lelah berpikir, dan belum tentu pemikiranku benar-benar dapat memberikan jawaban yang mendekati level ketepatan pada konteks hubungan kita.
Aku ingin berbicara denganmu, panjang lebar.
Aku tidak perduli apa yang kita bicarakan. Penting atau tidak. Salah atau benar.
Aku hanya ingin berbicara denganmu,
Aku rindu teman bicaraku..
Aku tidak sabar menunggu besok, Sayangku..
Walaupun hanya selang beberapa belas jam dari sekarang.
Namun sungguh aku tidak sabar..
Aku ingin bertemu, titik
Sept-25-2010
-Chikita Rosemarie