Saturday, December 13, 2008

12-Desember-2008




'Starry Night' by Vincent Van Gogh*


masih pada rangkaian hari yang sama kita menyaksikan langit yang berubah menjadi jingga

lucu, karena bahkan kita tak lihat ia berwarna jingga karena tertutup awan kelabu dan dentuman hujan

namun tetap kita percaya bahwa kemutlakan jingga tak kan tergantikan oleh warna lain

dari jingga kembalilah datang temaram, yang entah mendatangi atau kita datangi

kita berdua terduduk dalam lamunan tanpa akhir, kau dan aku


engkau selalu ada dalam tiada dan dalam ada aku takut engkau kan tiada

impian kita bersambut pada keterbatasan makna yang terangkai oleh kata

dan tiada enggan dapat tersampaikan apabila memaknai relasi kita


engkau berbicara mengenai perihal kebahagiaan yang mungkin tak kan sama

dan aku berkata mengenai pertemuan akan belahan jiwa yang diragukan validitasnya

bahwa elemen-elemen yang saling tarik-menarik bukanlah hasil dari kebetulan semata


ketahuilah sayang, aku tak pernah percaya pada konsep pre-destinasi

namun aku selalu berpegang teguh pada takdir yang berkorelasi dengan masa depan yang acak


sekali lagi engkau berbicara mengenai perihal kebahagiaan yang mungkin tak kan sama, kebahagiaanku..

aku terdiam, dan kita saling mengutuk keterbatasan makna yang dapat tersampaikan oleh emosi semata

betapa emosi yang abstrak itu dapat menghasilkan suatu bias tanda tanya yang tanpa akhir

disertai lamunan serta perdebatan tanpa dasar maupun ujung yang memaknai pertemuan kita malam itu


namun ketahuilah kita tidak berbicara mengenai kesedihan

kita berbicara mengenai perihal kejanggalan yang disebabkan oleh relasi affinitas antara kita berdua


kita tidak mengutuk takdir, tidak..

hanya menjembatani kejenakaannya yang kadang tidak sesuai dengan logika

ya, kejenakaan dan bukan kesedihan..

kejanggalan dan bukan perbedaan..

ketakutan dan bukan keengganan..

segala hal yang merepresentasikan sama rasa diantara kita


aku menggenggam tanganmu dan kau menggenggam tanganku

berharap apa yang kita genggam adalah sebongkah impian yang dapat diraih tanpa adanya turbulensi

bahwa kebahagiaan pun dapat bersembunyi dari faktualitas relasi kontradiktif


ide dan materi, iya sayang, kita memang berkutat dengan itu..

ide dan materi beserta hubungan resiprokalnya

serta berbagai probabilita yang dapat tercipta dari padanya..


namun pergolakan tersebut mengundang datangnya gulita

ia yang datang menggantikan temaram, 

disertai dering tanpa akhir yang seharusnya menyudahi pertemuan kita malam itu


kita pun berjalan,

berusaha sejauh-jauhnya dari faktualitas yang harus bergerak menuju tempatnya masing-masing

dalam perjalanan engkau masih mempertanyakan keabsahan jawaban yang kauterima dariku

dan aku hanya tersenyum sembari menyampaikan rahasia yang masih terkunci rapat dalam benakku

sebuah rahasia yang semestinya terjawab apabila kau melihat 97 derajat ke bawah tanpa bias


dan faktualitas itu pun masih ada, menunggu untuk bergerak

engkau menghantar aku sesampai pada batas akhir pertemuan kita

dan sekali-kali aku tak ingin melepas kepergianmu

seakan hanya ada satu pola yang berlaku malam itu, yakni perpisahan


namun sekali kata pula engkau membawaku kembali pada faktualitas yang menunggu untuk kugerakkan

dan keberadaan berbagai probabilita yang berkorelasi dengannya

aku menatap wajahmu yang bersimbah keremangan malam

dan harus kuakui tiada wajah lain yang lebih bersinar dibanding wajahmu saat itu

seakan nyala redup lampu jalan dikalahkan oleh paras wajahmu yang tiada membisu


sekerling mata itu, secercah senyum itu

pergerakan bibir yang menyatakan kata cinta

serta berbagai sentuhan tanpa makna ganda 

menyentuh lendir yang merupakan hasil korelasi antara kepedihan dan penyakit musiman


perpisahan itu diakhiri dengan kecupan

dengan engkau yang masih berdiri di sana

dan aku yang bergerak perlahan bersama faktualitasku

menyingkapi keharusanmu untuk juga berjalan perlahan menuju faktualitasmu sendiri


kau yang masih berdiri di sana

dan aku yang berada di sini

berpisah jalan di persimpangan

namun bergerak perlahan menuju satu konklusi..



(Chikita Rosemarie, Dec-13-2008)




*i'm a HUGE fan of Van Gogh, and the painting somehow represents the feeling very well..


1 comment:

eThanE said...

engkau berbicara mengenai perihal kebahagiaan yang mungkin tak kan sama

starlight
starbright
first star i see tonight
i wish i may
i wish i might
have the wish
i wish tonight

^^