Monday, January 26, 2009
Kurang Tidur, Terlalu Banyak Membaca 'Ouran Highschool Host Club', dan Terlalu Banyak Fashion-Blogwalking Berakibat Buruk pada Jeans Anda ;)
Sunday, January 25, 2009
Kerangka Konsep : PENYIMPANGAN SOSIAL YANG DILAKUKAN OLEH LANSIA SEBAGAI DAMPAK PERGESERAN PERANNYA DALAM MASYARAKAT
pada hakekatnya tulisan ini saya masukkan demi memuaskan keingintahuan pembaca yg terbentur oleh inkapabilitas saya dalam mengompres makalah *lol*
adapun sumber" literatur teori" di bwh ini sama dengan sumber postingan sebelumnya :)
kritik dan saran masih ditunggu ;)
2.1. Lansia
Berdasarkan teori perkembangan manusia, individu akan memasuki tahap lansia pada usia 65 tahun yang ditandai dengan adanya penuaan. Di Indonesia, usia 55 tahun sudah memasuki masa pensiun karena dianggap tidak produktif lagi untuk bekerja. Berdasarkan kedua data diatas, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah tahapan akhir dalam perkembangan baik perkembangan manusia maupun perkembangan keluarga dimana ditandai dengan adanya penuaan, penurunan aktivitas fisik, dan hilanganya pekerjaan.
2.2. Structural Functionalism – a consensus perspective
Perspektif fungsionalis dalam teori perkembangan, mengembangkan dua teori ini, yakni:
· Disengagement Theory
Bahwa ketika seorang individu bertambah tua, ia dan komunitaskan akan mempersiapkan suatu proses pemisahan, di mana disebabkan oleh adanya inkapasitas yang dipicu oleh kondisi kesehatan (penyakit) maupun faktor kematian.
· Activity Theory
Activity theory melihat perkembangan lansia berbeda dengan disengagement theory. Dipercaya bahwa proses penuaan yang baik dapat dicapai apabila mengatur pola aktivitas serta nilai-nilai sejak usia paruh baya.
1.3. Teori Sosial Lingkungan
Teori ini holistik karena menggabungkan antara individu (lansia) dengan sosial (lingkungan). Koping lansia dipandang sebagai suatu hubungan antara sumber-sumber aktifitas individu (kesehatan, keuangan, dan support sosial) dan aktifitas normal di lingkungan. Masalah timbul ketika sumber-sumber tersebut tidak sesuai dengan norma atau harapan dari lingkungan.
1.4. Symbolism and the Multiple Meanings of Grandparentings
Ekspresi simbolis dalam grandparentings merupakan salah satu hal yang paling penting untuk dilaksanakan lansia dalam melaksanakan peran grandparenthood dalam keluarga. Ditekankan adanya empat dimensi simbolik :
· The ‘Being There’ Symbol
Dalam menjalankan peran grandparenthood, diperlukan adanya keberadaan dari sang lansia sendiri dalam, di mana seorang lansia sebagai seorang figur yang ‘dapat diharapkan’ oleh generasi yang lebih muda. Seorang lansia juga memegan peranan penting dalam menegaskan identitas keluarga seseorang.
· The ‘Family National Guard’
Seorang lansia dalam keluarga berperan secara simbolik sebagai seorang ‘penjaga’, di mana ia menekankan pelaksanaan peraturan dalam keluarga, memberikan perlindungan, dan memberikan perhatian ketika dibutuhkan.
· Grandparents ad Arbitrators: From Transmission to Negotiations
Dimensi yang ketiga ini dapat dikatakan sebagai ‘fungsi arbitrasi’, di mana mereka diharapkan dapat berperan sebagai ‘penengah’ yang dapat menjembatani proses negosiasi intergenerasional.
· The Social Construction of Biography
Dalam hal ini, lansia dapat memegang peran yang sangat besar dalam membangun hubungan rasional antara masa lalu, masa kini, dan masa depan kita.
2.5. Penyimpangan Sosial
Penyimpangan merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi (James Vander Zanden, 1979).
2.6. Containment Theory
Inti dari containment theory adalah bahwa terdapat adanya faktor internal dan eksternal yang membatasi perilaku individu dalam masyarakat.
· External Containment:
o Struktur peran yang membatasi individu.
o Perangkat batasan yang rasional serta tanggung jawab bagi anggota masyarakat.
o Peluang bagi individu untuk mendapatkan suatu status.
o Kohesi di antara anggota masyarakat (identifikasi dengan kelompok).
o Adanya identifikasi dengan satu atau lebih orang dalam kelompok.
o Adanya pemberian cara-cara alternatif demi pemuasan kebutuhan (ketika cara-cara sebelumnya sudah tidak dapat dipergunakan).
· Internal Containment:
o Gambaran diri yang dapat diterima oleh orang lain, kelompok, dan institusi.
o Kesadaran dalam menjadi seseorang yang dapat kengontrol dirinya sendiri serta orientasinya dalam pencapaian.
o Toleransi yang tinggi.
o Moral dan etika yang diinternalisasikan dengan kuat.
o Ego dan super-ego yang dikembangkan dengan baik.
(Chikita Rosemarie, Jan-25-2009)
Saturday, January 24, 2009
PENYIMPANGAN SOSIAL YANG DILAKUKAN OLEH LANSIA SEBAGAI DAMPAK PERGESERAN PERANNYA DALAM MASYARAKAT
PENYIMPANGAN SOSIAL YANG DILAKUKAN OLEH LANSIA
SEBAGAI DAMPAK PERGESERAN PERANNYA DALAM MASYARAKAT
“Sebuah Tinjauan Sosiologi Keluarga”
Masyarakat pada hakekatnya terbagi menjadi beberapa segmen yang berbeda. Salah satu segmen yang ada dalam masyarakat dan yang paling mudah untuk diidentifikasi adalah segmen usia. Berdasarkan segmen usia, masyarakat secara sederhana terdiri dari segmen usia anak-anak, remaja, dewasa, dan lansia (lanjut usia). Lansia atau orang lanjut usia sendiri adalah orang-orang yang telah berumur lebih dari 60 tahun, di mana mereka telah mencapai fase usia yang lebih tinggi dibandingkan kategorisasi lain dalam segmen usia tersebut.
Keberadaan lansia sendiri memiliki peran penting sebagai motor penggerak bagi generasi penerus mereka. Secara historis, lansia dapat dikatakan merupakan ‘pelopor’ pembangunan, di mana mereka sendiri pernah mengalami fase usia yang secara kategorial berada di bawah fase usianya yang sekarang, dan pada prosesnya, mereka menjalankan peran tersebut dalam masyarakat sampai pada akhirnya menyandang status sebagai ‘lansia’, di mana memiliki peran yang berbeda dengan peran yang mereka jalani sebelumnya. Dalam kajian sosiologi keluarga, peran tersebut merupakan peran Grandparenthood, di mana secara garis besar menunjuk pada peranan sebagai pemegang transmisi nilai-nilai dalam masyarakat.
Namun, sehubungan dengan itu, menurut data yang ditemukan, pada tahun 2000 tercatat sekitar 7,18% penduduk Indonesia berusia lanjut (14,4 juta orang), dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlahnya akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia (28,8 juta orang). Kondisi ini akan membebani penduduk berusia produktif apabila ratio ketergantungan terus bertambah.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) memperkirakan pada 2025, lebih dari seperlima penduduk Indonesia adalah orang lanjut usia (lansia).
"Ini merupakan fenomena yang tidak bisa dianggap biasa," ujar Deputi Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Nina Sardjunan pada jumpa pers Jakarta Forum on Social Protection for Senior Citizen in Indonesia and ASEAN Countries di Jakarta. Senin (12/11).
Menurut dia, kondisi tersebut disebabkan oleh menurunnya angka mortalitas dan meningkatnya umur harapan hidup masyarakat Indonesia. "Jumlah populasi yang besar tersebut jangan sampai menjadi beban pembangunan tetapi, aset pembangunan," ujarnya.
Bersarkan statistik BPS, 59,12 persen lansia di Indonesia tergolong miskin, dan merupakan 27 persen dari total penduduk miskin. Selain itu, rata-rata pendidikan lansia di Indonesia hanya Sekolah Dasar tanpa memiliki pekerjaan tetap.
Menurut penjabaran di atas, dapat dilihat bahwa dewasa ini, terdapat adanya stereotype tersendiri terhadap kaum lansia, di mana mereka dianggap sebagai suatu ‘beban’ bagi masyarakat tempat mereka berada, padahal secara normatif, seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, keberadaan lansia sebagai pemegang peran Grandparenthood sangat penting adanya bagi masyarakat. Dari situlah terdapat adanya pergeseran peran, di mana lansia yang dulunya memiliki peran yang ‘dituakan’ justru bergeser menjadi ‘dianggap menyusahkan’. Keberadaan lansia menjadi tidak dianggap penting dalam pembangunan masyarakat. Pergeseran peran yang dialami lansia inilah yang nampaknya membawa dampak bagi masyarakat. Banyaknya kasus-kasus penyimpangan sosial yang diklasifikasikan ke dalam tindak kejahatan (kriminalitas) yang dilakukan oleh lansia menjadi tanda adanya hubungan kausalitas antara perilaku menyimpang dengan dinamika sosial masyarakat, di mana dalam hal ini dilakukan suatu segmen tertentu dalam masyarakat, yakni kelompok lansia.
Kelompok lansia yang semestinya memegang peran penting dalam masyarakat dan diharapkan dapat menjadi ‘motor penggerak’ pembangunan, namun pada kenyataannya, dewasa ini banyak sekali terjadi berbagai kasus penyimpangan yang diklasifikasikan ke dalam tindak kejahatan yang justru dilakukan oleh lansia. Dalam hal ini, yang menjadi pertanyaan dalam adalah (1) Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pergeseran peran lansia dalam masyarakat yang mendorong perilaku menyimpang mereka?, dan (2) Bagaimana cara menanggulangi penyimpangan sosial yang dilakukan lansia dalam masyarakat?
Dinamika masyarakat yang berjalan ke arah yang tidak sesuai dengan harapan anggotanya kadang memberikan dampak bagi masyarakat itu sendiri, yaitu ketika ada komponen masyarakat yang bereaksi sebagai hasil dari perubahan tersebut. Salah satu cara dalam menanggulangi dampak dari perubahan adalah dengan memaksimalkan kewenangan para pemegang fungsi kontrol. Namun, keadaan akan berbeda apabila pihak yang harus dikontrol adalah pihak yang berada dalam segmen yang nyaris berada pada ambang eksklusi, yakni kaum lansia.
Tak dapat dipungkiri, bahwa pergeseran peran yang dialami lansia dalam masyarakat menyebabkan mereka sedikit tereksklusi dari kehidupan publik, di mana mereka mengalami disengagement yang pada akhirnya berujung pada degradasi peran. Degradasi peran yang dialami lansia sendiri nampaknya memiliki dua bentuk, yakni degradasi peran di mana para lansia sebagai individu yang berkurang produktivitasnya maupun maupun degradasi peran di mana para lansia yang dahulunya ‘dituakan’ oleh masyarakat sekitarnya menjadi tidak lagi ‘dituakan’ akibat adanya pergeseran budaya dalam masyarakat.
Dari situlah, fungsi kontrol dari para pemegang kewenangan juga memiliki keterbatasan dalam meraih segmen ini, di mana fungsi kontrol (dalam hal ini seperangkat aturan, dsb) yang menjadi external containment bagi masyarakat menjadi tidak efektif. Faktor internal containment juga menjadi melemah pada segmen ini, di mana para lansia yang merasa tereksklusi kehilangan kesadaran akan tanggung jawabnya dalam masyarakat.
Akibatnya timbulah peluang bagi segmen ini untuk melakukan penyimpangan sosial. Bentuk-bentuk penyimpangan yang dilakukan juga beragam (lihat link-link pada 'wacana').
Melalui artikel-artikel dalam wacana, dapat dilihat adanya peran yang melemah, khususnya peran grandparenthood yang dipegang para lansia yang melakukan perilaku menyimpang tersebut, di mana peran grandparenthood yang seharusnya menjadi fokus mereka menjadi hilang seiring dengan perubahan nilai keluarga di mana mereka berada. Perubahan nilai keluarga tersebut rupanya juga mempengaruhi peranan simbolik yang seharusnya dijalankan oleh kaum lansia dalam keluarga.
Jadi, seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, terdapat dua bentuk pergeseran peran lansia, yakni lansia sebagai individu dan lansia sebagai dampak pergeseran budaya. Apabila digambarkan dalam bagan, pergeseran peran lansia tersebut dapat digambarkan sbb:
1. Pergeseran Peran Lansia Sebagai Individu
2. Pergeseran Peran Lansia Sebagai Dampak Pergeseran Budaya
Dari bagan, dapat dilihat adanya proses yang berbeda, yang menyebabkan kaum lansia mengalami pergeseran peran. melalui pergeseran peran itulah peran lansia sebagai sumber-sumber dalam lingkungan sosial pun melemah, dan faktor eksternal maupun internal dari containment pun melemah. Dari situlah, tercipta peluang untuk melakukan bentuk-bentuk penyimpangan.
Melalui penjabaran di atas, dapat dilihat beberapa faktor yang memicu terjadinya penyimpangan sosial oleh lansia, yaitu:
1. Penurunan kesehatan, serta status sosial-ekonomi yang dialami lansia, di mana mempengaruhi produktifitas serta status dan peranannya dalam masyarakat.
2. Pergeseran budaya yang yang berujung pada pergeseran nilai keluarga.
Adapun, yang harus dilakukan demi menanggulangi dampak pergeseran peran tersebut adalah:
1. Meminimalisir disengagement yang dialami para lansia dengan meningkatkan aktivitas mereka dalam masyarakat.
2. Diperlukan perhatian dari pemerintah sebagai pemegang fungsi kontrol dalam menjaga kesejahteraan kaum lansia sebagai salah satu bagian segmen penting dalam masyarakat.
3. Apresiasi serta seperangkat aturan yang berlaku, sebagai salah satu perwujudan reward and punishment dalam menanggapi permasalahan lansia.
Pada hakekatnya, lansia masih merupakan warga negara yang sah, memiliki eksistensi yang nyata, dan relasi baik secara sosial maupun kultural di dalam masyarakat. Oleh karena itu, penyimpangan-penyimpangan yang terjadi yang melibatkan kelompok tersebut sudah seharusnya diberikan perhatian lebih, di mana secara sistemik, kelompok lansia masih merupakan bagian dari sistem masyarakat yang berada di bawah naungan negara.
Literatur:
Bengston, Vern L. & Joan F. Robertson. 1988. Grandparenthood. USA: Sage Publications
Bond, John. Peter G. Coleman, Sheila M. Peace. 1994. Ageing in Society:an Introduction to Social Gerontology. UK : Sage Publications
Papalia, Diane. E, Olds, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Daskin. 2008. Human Development 10th Edition. USA : McGraw-Hill
Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI
Wolfgang, Martin E. & Leonard Savits. 1962. The Sociology of Crime and Deliquency. New York: John Wiley & Sons.inc
Website:
http://www.digilib.ui.edu/file?file=digital/89959-JJKI-II-7-Sept1999-253.pdf
http://www.acehtoday.com/server1/index.php?mod=article&cat=AcehTimur&article=135
http://www.lodaya.web.id/?p=3059
http://www2.kompas.com/ver1/Metropolitan/0610/29/051339.htm
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2007/11/30/brk,20071130-112668,id.html
http://www.pksjogja.or.id/lansia-bagian-masyarakat-yang-jangan-sampai-terlupakan/
http://www.komnaslansia.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=25&Itemid=28
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/11/12/brk,20071112-111401,id.html
(Chikita Rosemarie, Jan-24-2009)
Thursday, January 8, 2009
Dead Passengers
2. For each question, press the next button to get your answer.
3. YOU MUST WRITE THAT SONG NAME DOWN NO MATTER HOW SILLY IT SOUNDS!
4. Tag 12 friends who might enjoy doing the memo as well as the person you got the memo from
1. If someone says "is this okay?" you say..
L'Ultima Notte - Josh Groban
2. What would best describe your personality?
Moon Song - Louis Amstrong & Oscar Peterson
3. What do you like in a guy/girl?
The Lady in Red - Judy Canova & Winifred Shaw
4. How do you feel today?
Boy From School - Hot Chip
5. What is your motto?
Say Hello - Rosie Thomas
6. What is your life's purpose?
Paint it Black - The Rolling Stones
7. What do your friends think of you?
Woman - John Lennon
8. What do you think about very often?
Le Sucrier Velours - Duke Ellington
9. What is 2+2?
Que Nem Mare - Jorge Vercillo
(???)
10. What do you think of your best friend?
I Feel Fine - The Beatles
11. What do you think of the person you like?
Ghosts - Ladytron
12. What is your life story?
Triggers - April March
13. What do you want to be when you grow up?
Over The Rainbow - Jane Monheit
14. What will they play at your funeral?
Primavera - Tim Maia
15. What will you dance to at your wedding?
What Become of the Likely Lads - The Libertines
16. What do you think when you see the person you like?
Come On! Swing All Stars - YMCK
17. What is your hobby/interest?
Waltz in C -Sharp Minor - Fryderyck Chopin
18. What is your biggest secret?
The Henney Buggy Band - Sufjan Stevens
19. What's the worst thing that could happen?
Out of Tears - The Rolling Stones
20. What makes you cry?
Paecherine Rag - Scott Joplin
21.What makes you laugh?
Rum and Coca Cola - The Andrews Sisters & Vic Schoen
22. What is the one thing you regret?
Playground Games - Tim Juke
23. Will you ever get married?
Don't Tell Me It's Over - Michael Bolton
24. What scares you most?
An Affair to Remember - Marc Shaiman
25 What will you post this as?
Dead Passengers - Sondre Lerche