Tuesday, March 24, 2009

Komitmen, Bukan Komunikasi (Earth Hour 2009)


Telah banyak dilakukan upaya-upaya sehubungan dengan pelestarian lingkungan, salah satunya adalah upaya-upaya dalam mengkomunikasikan cara-cara pelestarian yang antara lain adalah pemilahan dan pengolahan sampah, penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan, dan penghematan listrik. 

Sehubungan dengan cara yang terakhir, kali ini diadakan sebuah 'event' bernama EARTH HOUR.


Earth hour secara konseptual diartikan sebagai suatu kampanye global dalam bentuk mematikan lampu secara 1 jam. Event ini akan dilaksanakan secara serentak pada hari Sabtu 28-Maret-2009, pk 20.30-21.30 (WIB). 


Patut diacungi jempol, kampanye yang dipromotori oleh WWF International yang katanya hanya ditargetkan untuk menjangkau satu miliar orang di 1000 kota di dunia mampu meraih sukses dalam mendapat dukungan melebihi target yakni dari sekitar 1.539 kota di 80 negara di seluruh dunia. Jakarta, sebagai satu"nya kota yang ikut berpartisipasi di Indonesia telah berkomitmen untuk selama 1 jam mematikan lampu" kota selama 1 jam di termasuk lampu" bangunan yang merupakan ikon kota seperti Monas serta air mancurnya, Gedung Balai Kota, Patung Pemuda dan air mancur Arjuna Wiwaha. Beberapa gedung" perkantoran pun turut ambil bagian dalam kampanye ini. Tentunya lampu" yang merupakan segi" krusial kota dengan penuh pertimbangan tidak ikut dimatikan (misal: lampu jalan, lampu rumah sakit), dan pemerintah kota Jakarta juga melakukan antisipasi dengan bekerjasama dengan Polda Metro Jaya dalam pengamanan kota selama kampanye berlangsung.


Berbagai kota di berbagai negara dan belahan dunia juga sudah berkomitmen untuk berpartisipasi dengan mematikan penerangan di ikon-ikon kota, seperti opera house (Sydney), canadian tower (Toronto), Bun Dubai (Dubai), maupun table mountain (Cape Town).


Secara konseptual, saya meihat bahwa kampanye Earth Hour ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan Duncan (1994), yang merumuskan adanya konsep The Basic Ecological Complex, di mana dirumuskan adanya kesalingtergantungan antara empat aspek, yakni Populasi, Organisasi, Lingkungan, dan Teknologi. Konsep ini sekaligus melihat adanya korelasi antara kerusakan lingkungan dengan ketiga aspek lainnya. Aspek populasi menunjuk pada masyarakat yang berada di lingkungan itu sendiri, aspek organisasi menunjuk pada lembaga serta institusi yang memiliki peran dalam masyarakat, sedangkan aspek teknologi merupakan bentuk teknologi yang berkembang dalam masyarakat sesuai dengan fungsinya.  


Menurut saya, kampanye Earth Hour sendiri merupakan salah satu bentu 'Komunikasi Lingkungan', di mana berkisar pada segala bentuk tindakan yang bersifat persuasif maupun pemberian informasi sehubungan dengan isu-isu lingkungan bagi masyarakat, dalam hal ini mendukung keberlangsungan dari keempat aspek tersebut. 


Sehubungan dengan komunikasi lingkungan, seorang kenalan saya, dalam sebuah obrolan berkenaan dengan komunikasi lingkungan pernah menyebutkan adanya kecenderungan untuk terjadinya sebuah Trade Off, di mana berarti melemahnya pengaruh yang dapat diberikan oleh tindakan komunikasi karena berbenturan dengan berbagai faktor yang ada dalam masyarakat, di mana faktor-faktor tersebut dapat berupa trend maupun self-interest individu.


Hal ini menjadi pikiran saya, bahwa dalam Earth Hour sendiri pun dapat terjadi trade off, di mana kegiatan kampanye global ini hanya mentok pada tindakan komunikasi saja, dan tidak berhasil menyampaikan isi sebenarnya yakni: KOMITMEN.


Komitmen disini merujuk pada komitmen masyarakat mengenai kegiatan pelestarian lingkungan, khususnya sehubungan dengan kampanye earth hour, yakni penghematan listrik. Apakah masyarakat benar-benar akan berani berkomitmen dalam pemakaian listrik secukupnya ataukah hanya dalam kurun waktu 1 jam selama dilaksanakannya earth hour yang nampaknya (lagi-lagi) menjadi merajalela karena faktor 'trend'?? Dan apakah keempat aspek ekologis (populasi, organisasi, lingkungan, dan teknologi) benar-benar dapat menjadi lebih tersinergis dengan pelaksanaan earth hour?? 


Pertanyaan-pertanyaan tersebut itulah yang pada nantinya akan bersama-sama kita lihat jawabannya. Saya pribadi berharap, suatu kegiatan yang mulia dan berskala global seperti earth hour ini benar-benar dapat menunjukkan eksistensinya bukan hanya sebagai 'trend', namun sebagai suatu kegiatan komunikasi lingkungan yang benar-benar dapat menyentuh faktor sustainability dalam masyarakat.


so, let's hope, watch, and act! :)



(Chikita Rosemarie, Maret-24-2009)



info lebih lanjut:

www.earthhour.org

www.earthhour.wwf.or.id




3 comments:

lalita f pawarisi said...

gue juga yakin sekitar 70% dari pengikut EARTH HOUR itu ikutan karena trend, bukan rasa aware mengenai dampak dari konsumsi listrik berlebih pada global warming.

tapi kalau itu trend yang memberikan dampak positif, kenapa gak? justru hal-hal seperti itu harus terlihat menyenangkan kan biar orang-orang mengikutinya? siapa tau, dari hal seperti trend, akan timbul statement dalam diri mereka kalau global warming itu ada, nyata, dan harus dicegah. dengan melihat itu berawal dari event di sydney pas 2007 dan tahun depannya langsung jadi global event, gue rasa itu dah menjadi bukti cukup bahwa EARTH HOUR telah menyampaikan pesannya dengan baik.

well, we never know sih...but it's a lot better than not doing anything at all ;)

ChikitaRosemarie said...

well, thats actually the point beb..
penjabaran kamu itu kan berarti dimensi earth hour sbg sebuah kegiatan 'komunikasi lingkungan'. yg jd pertanyaan disini adalah, apakah kegiatan komunikasi tersebut benar" dapat membuahkan hasil signifikan ataukah terjadi trade off seperti yg aku jabarin di tulisan, cause after all, the thing that we truly need rite now is the commitment :)

Anonymous said...

Pengikut yang melebihi target menurut saya hal yang menggembirakan (daripada nggak ada yg ikut maksudnya..hehe).Kesadaran adalah awal karena itu komunikasi menjadi penting. Paling tidak dengan pengikut yang melebihi target tsb bisa menjadi indikasi meningkatnya kesadaran ekologis dan harapan untuk ke 'step' selanjutnya (komitment) memiliki jalan terang. Saya melihat ada antusiasme..terlepas ini trend apa nggak. Saya pribadi optimis kesadaran ekologis manusia makin tahun makin membaik, berbanding terbalik dengan keadaan lingkungan sendiri. Emang kudu seperti itu kayaknya...hehehe.
Salam kenal...blog walking :)