Saturday, July 5, 2008

Kisah Sang Gadis

01.15 am

alkisah ada seorang gadis yang jatuh cinta pada sebuah tembok..

ya, tembok..
sang tembok itu terhampar di depannya. hampa, diam, hanya berbayang. seperti layaknya tembok yang tak tertegun bila disentuh, tak membalas ketika disapa. tembok yang hanya sekedar tembok, tak kurang tak lebih.

sang gadis terpesona oleh keindahan sang tembok..
ditemaninya ia seharian, hanya demi menikmati keindahan yang ia tangkap dari sang tembok nan putih itu. obyek mulus yang tanpa cacat namun tanpa kesempurnaan. nyata namun hampa dalam realita.

sang gadis mencintai sang tembok..
ia mencintainya, dengan seluruh kesungguhan yang dapat ia gali dari hati kecilnya. hati sepi yang dipadati oleh kegundahan masanya.
ia mencintainya, bukan karena sebab-akibat, bukan karena penjelasan tanpa dasar yang menyalahkan takdir.
ia mencintainya, karena ia memilih untuk mencintainya..

sang gadis memilih untuk mencintai sang tembok..
ia memilih untuk mencintai sang tembok.
sang tembok yang dengan segala kapabilitasnya dalam membatasi..
sang tembok yang membawanya ke alam imajinasi..
sang tembok yang mengurung sekaligus membebaskan ia dari penatnya hari..
sang tembok yang merupakan tembok.. ada dan apa adanya, dicintai oleh sang gadis..

apa jadinya ketika sang gadis mencintai sang tembok?
serba salah, itu pasti..
ketika ingin maju, ia menghalangi..
ketika ingin mundur, ia berdiri menatap lurus pada kepergian sang gadis..
akhirnya sang gadis hanya dapat menanti..
mananti sampai pada akhirnya sang tembok mengerti..

mengerti bukan sekedar tahu..
mengerti ialah memahami..
memahami dan lalu menjawab..
perasaan sang gadis yang seakan hampir membludak..
perasaan yang tertahan karena tak tahu harus bagaimana diekspresikan..

menanti pun tidaklah mudah..
karena dalam hati sang gadis pun bertanya-tanya..
haruskah ia menanti dalam keheningan?
dalam harap, menemani sang tembok..
dalam harap, ingin sang tembok merasakan hangatnya kehadiran sang gadis..

atau haruskah ia menanti sembari memaksa?
agar sang tembok merasakan bahwa ia ada.. bahwa cinta itu nyata..
namun sekuat daya sang gadis memaksa,
pada akhirnya yang terjadi adalah pengrusakan..
bukan hanya terhadap sang tembok, namun juga terhadap sang gadis..

sia-sia,
segala daya upaya adalah sia-sia..
karena sampai kapan pun, tembok enggan berlenggang..
ia hanya diam tak berkata..
sesuai dengan kodratnya yang sebagai tembok..

lalu, kenapa sang gadis tetap mencintai sang tembok?
karena di balik tembok selalu ada ruang..
dan dalam ruang pastilah ada jiwa..
jiwa murni yang didamba sang gadis..
yang terhalang oleh tebalnya tembok yang semu..

jadi, sebenarnya apa yang sang gadis cintai? sang tembok? atau sang jiwa?
tidak tahu..
karena pada dasarnya sang gadis hanya belum ingin mundur..


"karena jauh di dasar hatinya sang gadis pun memiliki temboknya sendiri.."


(Chikita Rosemarie, May-2-2008)

No comments: