Saturday, July 5, 2008

To Be a Good Thinker

A good friend of mine yang kebetulan punya blog juga pernah menyatakan ini dalam postingan blognya yang terakhir,


"Ketika manusia lain bisa kehabisan kata untuk menjelaskan sesuatu yang besar, 'mereka' dengan enaknya tinggal menjelaskan hal besar itu dengan kata-kata sesimpel mungkin!"


Dalam postingannya tersebut, kata 'mereka' menunjuk pada pemikir-pemikir yahud yang menciptakan konsep-konsep yang kita kenal selama ini (dalam postingannya, temen gw ini sedang membicarakan Karl Popper).

Hal ini mengingatkan gw lagi kepada another good friend of mine, yang kebetulan 2 tahun lebih tua di atas gw, di mana dia udah dapet kuliah dari yang namanya Mba Eri Seda, dosen sosiologi UI juga. Temen gw yang 1 ini cerita, ketika dia dapet tugas translate bahan berbahasa inggris dari Mba Eri, beliau selalu menekankan mahasiswa-mahasiswanya untuk menggunakan tata bahasa sederhana, karena "semakin simpel tata bahasanya, semakin ia mengerti akan materi yang ia kaji.."

misalnya ketika kita mentranslate "to determine..", orang akan cenderung menuliskan "untuk mendeterminasi.." dan bukan "untuk menentukan..", atau phrase-phrase lain yang disesuaikan dengan konteks bahasan serta gaya bahasanya sendiri-sendiri.

sehubungan dengan itu, gw akhirnya jadi mikir.. bahwa keyakinan mereka (para pencetus konsep) terhadap hasil pemikiran mereka itu pastinya beyond belief alias ketika mereka mencetuskan konsep-konsep tersebut, mereka benar-benar yakin akan reliability dari pemikiran mereka sendiri.

karena itulah, menurut gw,

daya eksplanatori (explanatory power) yang dimaksud Karl Popper itu berasal dari keyakinan para pencetus konsep, dan probabilitas kekeliruan dapat dikaji ketika konsep tersebut dipublikasikan. dan kalau dipikir-pikir lagi, dibutuhkan kepercayaan diri dan keyakinan yang kuat untuk mempublikasikan suatu konsep hasil pemikiran,

apabila dilihat dari pernyataan gw di atas, berarti sebenarnya benar apa kata Popper, siapapun bisa saja menciptakan suatu konsep maupun teori mengenai apapun, karena toh pada akhirnya yang dicari hanyalah interesting truth. Popper sendiri pun pernah menyatakan, bahwa manusia itu bukan achieving atau mencari kebenaran melainkan approaching atau mendekati kebenaran (truth) itu sendiri. karena pada dasarnya konsep mengenai kebenaran itu sendiri merupakan konsep yang masih fluktuatif alias ga jelas.

dalam ilmu pengetahuan (science) yang diperlukan bukanlah kebenaran, melainkan pencarian dari kebenaran itu sendiri (the critical quest of truth). dan, untuk mewujudkan hal tersebut, yang diperlukan adalah :

1. Critical Thinking atau daya kritisasi akan fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita.
2. High degree of confidence and faith in one's thought and opinion

kedua hal itu harus ada, berbanding lurus, dan bahkan harus saling melengkapi.

Selain itu, sebagai poin ke-3, dan sebagai modal untuk melengkapi kedua hal tersebut,

3. Kebesaran Hati (a noble heart) dalam menghadapi kritik serta dalam mewujudkan pemikiran tersebut demi kepentingan bersama, atau kerennya for greater goods..


selanjutnya, yang harus dipertanyakan ya tinggal "Are you ready to be a good thinker?"

well, mungkin ya ga sesimpel itu juga, but it's worth to try, rite?? :)


(Chikita Rosemarie, April-1-2008)

No comments: